Cerita Seks | Birahi Si Penjual Koran dan Penjual Pempek

 


Tiba-tiba Astri memasang telginganya lalu mendengar suara orang menyebut “koran-koran-koran”. Pada waktu itu cuaca masih siang hari seperti itu jarang ada penjual yang masuk ke komplek menjajakan barang dagangan. Pengalaman Astri selama 10 tahun tinggal disana, ia sudah hapal mana-mana saja penjaja makanan atau barang yang lewat di muka rumahnya. Namun kali itu Astri merasa tidak asing dengan suara tersebut. Iseng, Astri pun berjalan kedepan dan melongok keluar.

“Dek, sini masuk.”

Astri menarik perhatian si penjual tersebut. Dan memang benar tebakannya, ia baru kali ini melihat si pemuda penjaja koran ini di sekitaran komplek.

“Jualan apa, Dek?” “Quran bu, tabloid, semua ada.”

“Oh.. itu apa di dalam?”

“Pempek bu. Masih hangat bu baru digoreng.”

Astri mengangguk-angguk sambil memandangi pemuda tanggung jawab tersebut mengeluarkan koran-korannya di pelataran teras rumah agar Astri bisa pilih.

“Kok saya baru lihat kamu dek. biasanya yang sudah dagang tua ada lagi berlangganan saya yang sudah dagang tua. Pak Romli kalo ga salah namanya.”

“Iya bu, itu paman saya. Beliau sakit sejak awal bulan, jadi tidak bisa dagang.” Jawab si pemuda itu singkat. Astri menerka-nerka umurnya mungkin sepantaran dengan anaknya yang paling sulung.

“Oh, sakit apa dia pak romli? Parah sakitnya?”

“Sakit gula bu, sekarang paman hanya tidur saja dirumah. Saya yang bantu jualan koran juga.”

“Astaghfirullah, semoga sehat-sehat saja ya Pak Romli. Nama kamu siapa, nak?” Tanya Astri melembut.

“Saya Udin, bu.” Jawab Udin sopan.

“Kamu kelas berapa? Masih sekolah?”

Udin goyang malu-malu.

“Saya terakhir lulus SMP tahun 2 tahun lalu bu. Tadinya hanya jualan pempek sepulang sekolah, bantu-bantu paman dan adik-adik sepupu saya yang masih kecil-kecil. Tapi sekarang saya menjual pempek saja di sekitar pasar pagi. Sekarang Karena paman sakit, saya juga jualan koran.” tutur Udin yang bercerita dengan polosnya.

BONUS NEW MEMBER 100% ( KHUSUS SLOT )

“Orangtua kamu kemana?”

Udin lagi-lagi gemetar malu-malu. Luluh rasanya hati Astri, tak terbayangkan jika anak-anak harus menjalani hidup seperti Udin. Bulat hati Astri ingin meringankan beban Udin.

“Yasudah, kalo gitu saya beli tabloidnya satu dan korannya satu ya. Pempeknya juga saya bungkus 5 ya, Nak.”

“Baik bu. Saya bungkusin sekarang Bu.” Jawab Udin cepat dengan sumringah. Astri tersenyum kecil melihat sedikit pancaran kebahagiaan di mata Udin.

“Kamu sering-sering kesini nih, saya juga pernah ga pernah berlangganan koran dan tabloid. Nanti biar ibu beli koran sama tabloid kamu.” ujar Astri sambal tersenyum hangat. Udin mengangguk hanya-angguk sambal mengulum senyum membungkus pempek pesanan Astri.

Dan seperti itulah persahabatan kecil antara Astri dan Udin terjalin. Dua-tiga hari sekali Udin pastri mampir membawa koran dan tabloid pesanan Astri. Tak jarang Astri memborong pempek dagangan Udin, sampai heran suami dan anak-anak selalu saja ada pempek di meja makan terhidang. Astri yang kesehariannya hanya tinggal di rumah sendiri sebagai ibu rumah tangga turut senang dengan adanya Udin yang mampir menemaninya siang-siang untuk sekedar berteduh dan mengunjunginya.

***

Hingga suatu siang di musim hujan, hujan deras mengguyur komplek sedari subuh. Hujan gerimis dan deras yang datang silih berganti tak pelak membuat komplek banjir di beberapa titik. Astri sendiri harus terjebak di pasar swalayan menunggu hujan reda. Barulah ketika hujan berganti gerimis Astri baru berani untuk naik gojek pulang ke rumah.

Hujan masih mengguyur deras ketika Astri masuk ke dalam agak kawasn komplek. Dari belakang jok tukang ojek mata Astri menangkap sesosok Udin yang berdiri berteduh di pos satpam.

“Eh, eh pak berhenti bentar pak. keriuhan! Udin!”

Udin memecingkan mata melihat sesosok wanita berkerudung diseberang jalan yang berhenti diatas motor. Segera ia mengenali sosok Astri di antara rintik hujan.

“Kamu kenapa disitu din? Jangan neduh disana nanti basah! Kamu lari kerumah aku aja ya cepet! Ibu tunggu!” seru astri. Udin sayup-sayup mendengar ucapan Astri dan mengangguk-anggukan kepalanya.

Tak lama menjalankan Astri turun dari ojek, Udin pun tiba-tiba setengah berlari. Astri buru-buru membuat tangan menyuruh Udin masuk ke dalam rumah Karena hujan kembali menderas. Udin tiba di teras rumah agak terengah-engah, korannya terlihat aman karena ditutup dengan plastik. Namun baju dan keputusan benar-benar basah kuyup akibat berlindung di pos satpam.

“Astaghfirullah, udah taro aja didepan korannya Din. Masuk aja sini kedalem gapapa.” ujar Astri seraya membuka kunci pintu rumah.

Udin berdiri canggung di pintu sembari memandang agak muka muka. Astri berdecak sambal bergeleng iba melihat kondisi Udin.

“Sebentar ya Ibu carikan handuk. Baju ibu juga basah nih. Kamu langsung mandi aja Din, daripada kamu demam. Yuk ibu antar kedalam.”

Astri membimbing Udin menuju kamar mandi tengah. Udin baru kali itu masuk ke dalam rumah. Furnitur yang dilihatnya dan foto-foto keluarga Astri seraya ia berjalan ke dalam rumah. Tak lama Astri muncul dari dalam kamar dan menyerahkan Udin handuk bersih untuk digunakan.

“Tu kamu pake, kamu masuk aja langsung mandi ya. Ibu juga mau ganti baju. Ibu masuk juga ya.” Ucapkan Astri cepat sambil kemudian menghilang lagi ke dalam kamar

Udin keluar dari kamar mandi dengan hanya lilitan handuk di pinggangnya. Lagi-lagi ia hanya bisa berdiri canggung didepan kamar mandi sementara Astri belum keluar dari kamar. Tak lama pintu kamarpun terbuka dan Astri keluar masih bergaya dengan handuk.

“Eh yaampun ibu lupa, sebentar ya Din ibu tadi udah ambilin bajunya raffa sementara baju kamu basah. Nih pake dulu, Din. Baju kamu biar kering dulu aja.” Ucap Astri lagi sembari menyodorkan baju anaknya ke tangan Udin.

Udin hanya melongo tatkala Astri menyodorkan baju tersebut ke tangannya. Baru kali itu Udin melihat sisi lain dari Astrid yang tak mengenakan kerudung dan hanya berdaster saja. Rambut Astri yang masih basah sedikit di bawah kuping, mengingatkan akan mengingatkan model rambut Desy Ratnasari. Memang ada sedikit perbedaan disana sini, dari bentuk badan Astri yang sedikit lebih berisi mungkin Karena memang faktor umur, atau mata astri yang agak sedikit lebih sipit dari Desy Ratnasari yang asli, namun secara keseluruhan mereka memang tidak jauh berbeda.

“Loh kok diem aja Din? Ini ambil bajunya, kamu ganti di kamar mandi gih.” ujar Astri sembari masih bertanya-tanya tentang handuk.

“I-iya bu..”

Udin pun menghilang kedalam kamar mandi untuk berganti baju. Astri dengan santai memunguti baju basah Udin dan membawanya ke belakang ke tempat cucian untuk sekedar dijemur.

“Udah ganti bajunya din? Baju kamu ibu jemur dulu ya di belakang biar kering.”

Udin mengangguk hanya-angguk sambil duduk dengan canggung mengenakan kaus dan celana keranjang longgar. Astri tersenyum kecil melihat Udin yang sedari tadi berusaha untuk tidak memandangi Astri.

“Kenapa kamu din? Kok kaya heran gitu ngeliatin Ibu. Heran ya baru kali ini liat ibu ga pake kerudung? Hehe”

Udin hanya tersenyum kecut menanggapi candaan Astri. Memang agak sedikit kaget Udin dibuatnya. Astri yang kerap berkerudung sopan hingga mengenakan kauskaki tipis, kini melenggang santai hanya mengenakan daster kutung (daster tanpa lengan) sebatas dengkul.

DEPOSIT 50.000 + 50.000 TO X3 ( KHUSUS SLOT ) 

“Gapapalah Din, sekali-kali ini. Lagian didalem rumah juga ga ada yang liat. Yang liat juga kan kamu aja ga ada orang lain.” Hibur Astri lagi sambil tersenyum lembut.

Setelah itu Astri dan Udin pun makan dengan khidmat dengan lauk seadanya di meja makan. Pelan-pelan Udin bisa menyesuaikan diri kembali dan merekapun bersenang-senang seperti biasanya. Di luar hujan masih terus menggelegar, Astri mengintip dari balik jendela pengamatan udara yang tercurah begitu banyak dari langit.

“Untung aja tadi ya Din, ibu ngeliat kamu. Coba liat nih, ujannya masi ga berenti juga malah makin deres. Bisa banjir ni komplek..ckck” ujar Astri sambil memijit-mijat tengkuknya sendiri.

“Iya bu..” Jawab Udin pelan.

“Duh kayanya ibu masuk angin deh, tengkuk ibu berat banget ini rasanya. Kamu bisa ngerok ga din?” Keluh Astri.

Udin hanya menggoyang pelan.

“Tapi jangan dikerok juga sih, nanti heran lagi suami saya kok bisa ada yang ngerok? Bisa berabe.. hahaha. Ibu minta tolong pijitin aja ya din?” Pinta Astri lagi sembari beranjak kedalam kamar mencari minyak urut. “Sini aja Din, masuk nggapapa..” Panggil astri lagi dari dalam kamar.

Udin melangkah dengan lambat, masih ragu karena merasa tidak enak, untuk pertama kali masuk ke kamar tidur orang lain tentu saja menimbulkan rasa canggung.

“Nih minyak urut din, kamu olesin aja nih ke pundak sama leher belakang ibu. Tolong ya?” tutur astri sembari bersendawa sendiri yang kini sudah duduk di pinggir kasur.

Udin mau tidak mau mengikuti permintaan Astri. Dengan hati-hati udin menumpahkan sedikit minyak angin ke permukaan dan mengusap tengkuk astri pelan.

“Hmm.. anget. Iya gitu din, agak dipencet-pencet din.”

Dengan patuh Udin menuruti komando astri. Sempat terpesona udin oleh halusnya kulit astri yang selama ini selalu terbalut kerudung. Namun dientaskannya pikiran itu jauh-jauh. Astri mengangguk-angguk terpejam menikmati urutan Udin.

“Din, sambil tiduran bisa ngga din? Ibu pegel juga duduk nyamping gini.” Tukas astri cepat. Dengan santainya astri melengos dan menelungkupkan wajah masalah tengkurap diatas.

Udin lagi-lagi tercekat menjilat ludah melihat Astri dalam posisi seperti itu. Masih dengan takut-takut udin bergerak ikut naik ke atas kasur. Astri kemudian melebarkan kedua kakinya memberikan ruang bagi Udin untuk bersimpuh diantara kakinya. Sekelebat putih halusnya paha dalam astri membuat jantung berdegup kencang. Udin mulai meraba pelan punggung astri dan mulai memijitnya secara perlahan.

“Hmm iya din gitu din.. kuat juga ya pijitan kamu..” ujar astri sembari tetap telungkup dan memejamkan mata. “Atasan lagi din di pundak kaya tadi.” Pinta astri lagi.

Udin dengan agak berusaha mencondongkan diri untuk berusaha meraih pundak astri. Meski astri melebarkan kaki tetap saja udin kesulitan karena mau tak mau udin harus makin merapat diantara sela kaki astri. Dan benar saja, baru ketika udin hendak memajukan, tanpa sengaja bagian bawah udin menyenggol pantat astri.

“M-maap bu, p-permisi.” Tukas udin cepat-cepat. Astri hanya terkekeh kecil karena canggungnya udin. “Iya gapapa, cepet pijit lagi.” Jawab astri tak sabar.

Udin mencari sambil berusaha menahan bagian bawahnya agar tidak menyenggol lagi. Namun tentu saja sia-sia karena posisinya tidak mendukung. Sehingga udin berupaya agar tidak terlalu sering menempel di pantat astri. Diam-diam udin juga berusaha keras tenaga agar tidak membangun dedek kecilnya, karena jujur ​​saja lembutnya pantat astri mau tak mau akibat dari membangunnya. Tiap kali rasanya rasanya darah di dalam diri udin berdesir.

Astri juga sebenarnya mengetahui udin yang berusaha keras menahan diri dan tetap sopan. Astri tahu betul umur segitu baik udin maupun anak tertuanya sudah mulai menjalani proses dewasa dan tertarik dengan lawan jenis, sehingga astri paham betul apa yang dialami udin saat ini. Namun astri diam-diam saja, malahan agak sedikit geli melihat udin seperti itu. Akhirnya astri menyuruh udin untuk santai saja.

“Udah din gapapa, nempel dikit juga gapapa kok.” ucapan astri sambil tetap telungkup.

Udin tidak langsung menjawab dan hanya diam saja. Akhirnya udin memberanikan diri untuk mengiyakan kutipan astri.

Udin akhirnya mencondongkan pantat ke depan dan menempelkan tubuh bagian bawahnya ke pantat astri. Udin malu-malu menghela napas ketika ia merasakan burungnya menempel tepat di tengah-tengah pantat astri yang lembut. Begitu pula astri yang akhirnya merasakan bonggolan kenyal di bagian belakang. Astri agak merasakan gelagat burung udin yang setengah mengeras. Dasar anak muda, pikir astri dalam hati.

Namun dengan begitu tak lantas membuat udin malah menjadi biasa saja, sebaliknya udin malah membuat tersiksa menahan ereksinya. Udin berusaha memperhatikannya dengan berpikir hal-hal lainnya. Namun sialnya di sisi kasur terdapat cermin berukuran besar yang menempel di lemari. Tatkala udin melirik, ia melihat dirinya seolah tengah berhubungan dengan badan dengan astri dalam posisi seperti itu. Udin jadi makin tercekat dan sialnya malah membuat ereksi udin makin menjadi-jadi.

Astri yang tadinya setengah malah jadi terbangun karena merasakan gundukan lembek di pantatnya kini malah membongkah. Diam-diam astri jadi merasa agak geli-geli juga tiap kali burung udin yang menempel erat di pantatnya berkedut pelan. Namun astri memilih diam saja karena apabila ia bergerak membetulkan posisinya, udin pastri jadi malu sekali. Jadi astri memilih untuk diam saja pura-pura tidur.

Di pihak lain udin sudah merah padam wajahnya, keringat dingin mengalir di lehernya. Udin memilih untuk melihat saja pandangannya ke bawah. Namun kaget bukan kepalang manakala ia mengetahui ujung bawah daster astri sudah setengah tersingkap ke atas. Sekilas udin bisa melihat bongkahan pantat astri setengah mengintip dari sisi dasternya. Udin merasa takut untuk bergerak namun takut untuk berhenti. Takut malah jika ia berhenti dan membetulkan dasternya, astri malah terbangun dan memergokinya.

Astri awalnya tidak merasa ujung dasternya tersingkap ketas, dan samasekali lupa mengenakan celana dalam waktu itu. Sehabis mandi ia buru-buru mengenakan baju dan mencarikan baju untuk udin hingga ia terlupa. Namun saat tiba-tiba astri merasa geli di bagian bawah tubuhnya, manakala ujung bonggol udin yang mengeraskan dari celana kontak permukaan suatunya yang tak tertutup apa-apa. Astri agak panik, namun tidak berani untuk bergerak bersuara manakala tiap kali udin bergerak, ujung udin menggosok gigi lembut musiknya. Astri terdiam menggigit berusaha berusaha agar tidak bersuara samasekali.

DEPOSIT 100.000 + 100.000 TO X5 ( KHUSUS SLOT ) 

Sekali, dua kali, tiga kali, hingga berkali-kali, lama-kelamaan menimbulkan efek yang semakin intens dalam diri astri. Badannya jadi lemaskan oleh gesekkan udin. Matanya jadi pelanpelan sayu, khidmat menerima tiap gerakkan yang ditimbulkan oleh udin. Apalagi saat itu udin hanya menggunakan boxer tipis tanpa celana dalam, yang tentu saja dirasakan oleh para astri terutama setelah menjadi semakin sensitif akibat gesekan ujung penis udin. Astri hanya bisa berharap udin merasakan badan astri yang kaku menahan gelinjang setiap kali udin menyenggol video itu, dan tidak menyadari kenikmatannya yang kian berembun akibat gesekkan tersebut.

Akhirnya pada suatu ketika astri yang sudah begitu lemas tak berdaya merasa sampai pada akhirnya menghentikan aksinya. Kesadarannya yang sudah hampir setengah berkurang sedikit bangkit kembali. Hati kecilnya bertanya-tanya mengapa udin malah malah tidak melakukan aksinya saat ia sudah pasrah dalam kenikmatan. Namun pertanyaannya terjawab kulit tak lama kemudian mencoba kembali astri merasakan sensasi geli itu datang lagi, namun kali ini astri dapat jelas merasakan hangat daging keras udin langsung dengannya.

Astri terbelalak namun tetap terdiam meski kaget. Kembali digigitnya bantal di bawah mukanya itu kencang-kencang. Astri tak menyangka udin berani melakukan sejauh ini. napas udin yang juga agak tersengal-sengal di belakangnya. Entah mengapa dalam kepanikan seperti itu astri memilih untuk diam mematung daripada menghentinkan aksi udin. Mungkin astri juga sudah terbuai keenakan, entah karena alasan lainnya. Yang jelas astri merasakan tubuh kembali lemas digelitiki rasa geli ketika udin kembali menggesekkan moncong racikan sekarangnya di bibir kebiasaan astri yang tak lagi dihadang celana.

Udin merasa begitu berat, dan sekelilingnya semakin kabur. Nafasnya memburu dan gelora nafsunya tidak bisa lagi dibendung. Apalagi ketika ujungnya merasakan hangat saat daging suatustri yang mengeluarkan sesuatu. Tangannya tak lagi membebani astri melainkan menahan beban di sisi kanan dan kiri tubuh astri. Tiap seolah-olah membuat video astri merekah lebih lebar dari sebelumnya. Kemaluan udin seperti ikut ketagihan ingin ingin terus lubang astri yang akan memanggil dirinya sendiri.

Rangsangan yang amat lembut dan pelan itu membuat akal sehat astri dan udin buyar entah kemana. Udin dan astri diam-diam makin larut dalam cumbuan malu-malu video mereka. Astri yang juga sudah kegatalan jadi bayangan-bayangan jika udin benar-benar memasukkan batangnya ke dalam musiknya. Badannya jadi merinding membayangkan apabila hal itu benar-benar terjadi.

Kemaluan astri yang merekah itu seolah memancing video udin untuk masuk bergerak. Udin secara naluriah kini tak hanya menggesekan pucuk senjatanya saja, namun juga mulai menekan lembut kedepan. Kemaluan astri yang semakin lembab membuat ujung penis udin dengan mudah memuji dan membukanya. Astri juga ikut merasa senang melihat merekah setiap kali udin menempelkannya dan sedikit yang mendorongnya. Astri serasa melayang tiap kali udin melakukan hal tersebut.

Pelan tapi pastri, udin mendorong dan menariknya moncong penyanyinya lagi kebelakang. Baik astri dan udin menyadari tiap kali kepala helm itu masuk semili lebih dalam tiap kali udin merangsek maju. Udin yang sudah tidak lagi berpikir sehat, terus berusaha maju lebih dalam, membuat astri di bawahnya menggigit jarinya was-was tak sabar. Hingga akhirnya di puncak birahi mereka, kepala jamur merah itu berhasil mendobrak masuk.

Napas udin serasa tercekat didada ujung ketika video itu hilang terhisap masuk ke dalam rongga ruang video astri. Waktu seolah berhenti ketika akhirnya astri merasakannya menjepit mesra bonggol milik udin. Astri ingin mendesah tenaga namun ditahannya. Akhirnya disiksa begitu lama astri merasa plong dan lega, setelah merasakannya begitu merasakan bonggol yang sedari tadi meluluh lantakkan imannya.

Udin yang kini akhirnya berhasil mengecap lubang indah milik astri itu kini tak lagi menariknya keluar. Ingin rasanya udin memasukkan batangnya mungkin disana. Rasa nikmat yang dirasakannya mendorong udin memasukkannya lebih dalam lagi, hingga seluruhnya diselimuti oleh video astri. Dengan sangat hati-hati udin yang masih mengira sebuah serangan itu melesakkan bakterinya maju. Astri begitu terbuai dalam kenikmatannya. Dalam gerakan lambat seperti itu Ia dapat melihat dengan seksama kerut dan urat batang udin di dinding videonya. Baru kali itu rasanya astri menikmati ditembusi hal-hal seperti itu.

Cerita Seks Terbaik | Hingga akhirnya udin menghela napas terhenti manakala ia melihat sisa batangnya menghilang masuk kedalam rongga tubuh astri. Udin mengerjap-ngerjapkan matanya terhipnotis oleh yang sensasi baru kali itu ia rasakan seumur hidupnya, ketika mendarat di rongga tubuh yang menyentuh batangnya erat-erat tak lepas. Hangat, becek, lembut menjadi satu. Diam-diam astri juga menggigit manakala akhirnya batang video udin masuk hingga mentok, berjejalan di dalam ruang ruang sidangnya yang berkedut manja. Didorong oleh yang tak lagi nafsu terbendung, udin menggerakkan pinggulnya seolah-olah berusaha mengeksplorasi keinginan liang Anda astri. Astri tak kuasa ikut menggoyangkan pinggulnya akibat gocekkan udin.

Astri tanpa sadar mengangkat pinggulnya sedikit ke atas, seolah membenarkan posisi penetrasi udin. Udin yang juga sudah tak sadarkan diri, tak lagi memperhatikan gerakkan pinggul astri, hanya mengikuti naluri alaminya untuk menggerakkan pinggulnya maju dan mundur. Dengan lembut udin menarik pinggulnya mundur hinggga batangnya menarik keluar, dan kemudian mendorongnya lagi masuk kedepan. Udin mendesis merasakan nikmat gesekkan antara batangnya dan dinding video astri yang basah.

Astri yang juga telah terbuai genjotan udin, menggigit sarung bantalnya hingga basah. matanyaak ke atas untuk menikmati sodokan senjata udin. Pinggul astri secara otomatis bergerak naik hingga setengah menungging, yang kemudian dipegang oleh kedua tangan udin seperti sedang menunggangi kuda. Bunyi kecipak basah karena gesekkan mereka mulai terdengar di seantero kamar, terlebih lagi karena hujan sudah usai sehingga bunyinya semakin jelas menggaung.

Mereka berdua semakin bergelora oleh percintaan terlarang itu. Astri dan udin lengah oleh bisikkan setan. Astri merasakan kenikmatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Apalagi semakin berusaha mengingat-ingat bahwa ini adalah suatu hal yang salah, semakin birahinya memuncak. Ia tengah berselingkuh dengan seseorang diluar pernikahannya, dan orang tersebut masih seumuran dengan anak sulungnya.

“Oh tidak, aku tengah bercinta dengan udin. Ouhgg aku akan klimaks.. ohh oohhh!” jerit astri dalam hati.

Astri mencengkram bantal kuat-kuat ketika dari dalam vagina mengalirkan cairan tak dikenal. Kedutan pembohong video astri yang tengah orgasme hebat membuat udin tak lagi bisa menahan ejakulasinya.

“Mhh..b-bu astri.. b-bu.. u-din mau..ma—“

Mereka orgasme berbarengan. ketika astri menyiram udin dengan cairan cintanya, udin menyemprotkan spermanya banyak-banyak kedalam rahim astri. 3-4 kali semprotan yang luar biasa melimpah, semuanya diserap oleh haus astri. Udin diam mematung menikmati ejakulasi yang paling nikmat yang pernah ia rasakan, hingga akhirnya batangnya mengempis dan terlepeh dengan sendirinya dari video astri.

Situs Slot Online Anti Rungkad !!!

Astri pelan tatkala ia kembali turun dari langit ketujuh. Udin yang juga akhirnya kembali kesadarannya, berubah panik dan pucat manakala ia melihat sperma yang mengalir dari kejadian jatuh hingga ke kasur. Didorong oleh rasa takut, udin segera meloncat dari atas kasur. Ia terjerembap lemas dengkulnya ia rasa. Seperti maling yang ketahuan, udin segera berlari keluar dari kamar dan keluar rumah meninggalkan astri yang juga masih terhuyung lemas dan kebingungan karena udin telah hilang entah kemana.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Istri Pak RT Yang Sexy Ketagihan Dengan Kontol Ku

Kontolku Di Pijat Pembantu Yang Polos